Sumber: Neraca (01/04/2021)
Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) meningkatkan kerja sama dengan Pemerintah Kota Solo dalam upaya pengembangan Solo Technopark. Langkah strategis ini juga menjawab tingginya permintaan tenaga kerja pada industri tekstil dan produk tekstil (TPT) diseluruh wilayah Indonesia, khususnya Jawa Tengah.
Kepala BPSDMI Kemenperin Arus Gunawan mengungkapkan, perpanjangan kerja sama ini untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM industri,khususnya di sektor industri TPT melalui pengembangan Akademi Komunitas (AK) Tekstil Solo yang berada di bawah binaan BPSDMI Kemenperin dan berlokasi di kompleks Solo Technopark."
Selama ini kita telah bekerja sama dengan Pemkot Solo, sehingga sekarang perlu meningkatkan kerja sama tersebut," ujar Arus beserta jajaran Eselon II saat melakukan pertemuan dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Sehingga dalam hal ini, Arus optimistis, dengan tenaga kerja yang kompeten,industri TPT di tanah air akan semakin berdaya saing.
Sektor ini bakal berperan penting dalam memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional. "Selama ini, industri TPT merupakan salah satu sektor yang menyumbang devisa cukup besar dari ekspornya dan menjadi sektor padat karya dengan menyerap tenaga kerja yang banyak,” ungkap Arus.
Kemenperin mencatat, kinerja ekspor industri pakaian jadi sepanjang tahun 2020 mencapai USD7,04 miliar. Sektor industri tekstil mampu memberikan kontribusi sebesar 6,76 persen pada PDB industri pengolahan nonmigas di tahun lalu.
Arus menjelaskan, AK-Tekstil Solo merupakan salah satu unit pendidikan milik Kemenperin yang menyelenggarakan program pendidikan setara Diploma II dan terdiri dari tiga program studi, yakni Teknik Pembuatan Benang, Teknik Pembuatan Kain dan Teknik Pembuatan Garmen. “ Peran ini yang perlu terus dipacu dan dioptimalkan,” ujarnya.
Hingga saat ini, AK-Tekstil Solo telah meluluskan lebih dari 1.000 mahasiswa, dengan total sebanyak 300 lulusan setiap tahunnya. Bahkan, 100% dari lulusan tersebut langsung terserap kerja di perusahaan-perusahaan tekstil besar yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, seperti PT. Pan Brothers, PT. Mataram Tunggal Garmen, dan PT. Sritex, Tbk.
“AK-Tekstil Solo telah menjadi pelopor pendidikan vokasi yang menjadi rujukan, karena membangun kolaborasi yang baik antara lembaga pendidikan dan industri," jelas Arus. Artinya, AK-Tekstil Solo mampu memasok tenaga kerja terampil yang sesuai dengan kebutuhan industri TPT saat ini.
Menurut Arus, hal tersebut tidak luput karena adanya penyelenggaraan program unggulan BPSDMI, yakni link and match dengan pelaku industri yang mengintegrasikan kurikulum pendidikan di kampus dengan pendidikan industri.
Sehingga diharapkan proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan industri serta siap bekerja langsung di industri.
Pemilihan Kota Solo sebagai lokasi pendirian unit pendidikan Kemenperin ini juga tidak terlepas dari ikon kota Surakarta yang telah dikenal sebagai sentra tekstil di Indonesia, khususnya industri batik.
“Ke depannya, kerja sama ini akan dibicarakan lagi demi tumbuhnya dunia industri di Solo. Saya berharap semoga AK-Tekstil dan Solo Techno park bisa tumbuh untuk supply chain dari industri, ”terang Arus.
Dalam pertemuan, kedua belah pihak juga telah sepakat untuk membahas lebih lanjut secara lebih detail mengenai rencana kerjasama ini. “Setelah ini masih ada pertemuan lanjutan,” ungkap Gibran ketika memberi penjelasan kepada wartawan usai pertemuan berakhir.
Sebelumnya, Kemenperin pun telah menjalin kerja sama dengan Solo Technopark milik Pemkot Surakarta beserta Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Tengah dalam rangka pendirian AK-Tekstil Solo pada akhir tahun 2015 yang diresmikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada 26 Januari 2016.
Bahkan, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Doddy Rahadi juga komit untuk mendorong industri batik dan kerajinan agar dapat ikut memanfaatkan teknologi modern dalam rangka mendongkrak produktivitas dan kualitas secara lebih efisien.
Hal ini sesuai dengan implementasi program prioritas pada peta jalan Making Indonesia 4.0. Karena dengan proses produksi yang inovatif, efektif dan efisien, menjadikan pelaku industri selalu melakukan kreasi tiada henti, sehingga produktivitasnya akan meningkat dan akhirnya juga daya saingnya turut terdongkrak.
“Perkembangan teknologi yang demikian cepat belakangan ini, terutama adanya revolusi ndustri 4.0, telah membawa perubahan luar biasa bagi sektor dunia usaha. Teknologi telah menyentuh berbagai bidang dan berhasil mengubah perilaku manusia, termasuk pula dalam menyikapi pembuatan produk seperti pada kerajinan dan batik,” papar Doddy.
Meski begitu, Doddy mengakui, kehadiran dan peran teknologi tidaklah mungkin menggantikan peranan manusia secara keseluruhan.
Sentuhan teknologi tersebut hendaknya tidak akan membuat suatu nilai budaya yang ada dalam produk kerajinan dan batik tersebut menjadi luntur, hilang, tergantikan. #iwan/gro
Copyright © 2016 All rights Reserved | Template by Tim Pengelola Website Kemenperin