Sumber: Koran Tempo (28/01/2021)
JAKARTA – Kementerian Perindustrian semakin sibuk mendandani berbagai kawasan industri untuk menarik minat perusahaan asing yang tengah merelokasi basis produksinya dari negara-negara besar, seperti Cina. Direktur Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian, Ignatius Warsito, menyebutkan terdapat 127 area industri seluas total 55 ribu hektare yang siap menyambut kegiatan relokasi tersebut.
Lahan untuk kebutuhan investasi baru itu terbagi menjadi tiga kelompok, yakni kawasan existing di Pantai Utara Jawa, kawasan dalam daftar proyek strategis nasional, serta kawasan green project alias yang masih minim infrastruktur. "Investor bisa masuk ke mana saja sesuai dengan karakter wilayah yang mereka inginkan,” ucap dia kepada Tempo, kemarin.
Meski sering ditonjolkan dalam negosiasi, menurut Ignatius, kawasan industri terpadu Batang di Jawa Tengah bukan satu-satunya andalan pemerintah untuk menyambut investasi baru. Kawasan industri di sepanjang Pantura turut disodorkan karena telah mumpuni dari sisi infrastruktur penunjang produksi ataupun jalur rantai pasok.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, hingga akhir tahun lalu, terdapat sedikitnya 70 kawasan industri existing yang memanjang di wilayah Pantura Jawa seluas lebih dari 36 ribu hektare. Sebanyak 39 kawasan seluas 18 hektare berada di Jawa Barat. Sisanya tersebar di Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, serta DKI Jakarta.
Warsito mengimbuhkan, kawasan industri yang masuk daftar proyek strategis nasional pun menjanjikan, meski beberapa di antaranya masih dalam masa konstruksi. Kementerian Perindustrian, tutur dia, juga mendorong investor masuk ke kawasan green project yang dikembangkan di wilayah-wilayah terluar Indonesia.
Anggota Komite Investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rizal Calvary, membenarkan adanya 136 perusahaan yang berpeluang merelokasi pabriknya ke Indonesia. Namun dia menolak membeberkan kemajuan penjajakan terhadap entitas-entitas global tersebut. "Kalau sudah selesai semua, akan kami sampaikan,” kata dia kepada Tempo. Pada tahun lalu, sebanyak 16 perusahaan telah merelokasi pabriknya ke Indonesia.
Dalam webinar pada 21 Januari lalu, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan 14 dari 136 perusahaan tersebut sudah masuk daftar calon pemodal yang berniat memindahkan pabriknya ke Indonesia, dengan potensi investasi US$ 19,68 miliar dan penyerapan tenaga kerja 59.750 orang. Adapun 122 perusahaan lain, yang sumbangan investasinya bisa mencapai US$ 40,5 miliar, masih ada dalam daftar potensial. Bahlil menyebutkan investor yang sudah dan akan merelokasi investasinya itu berasal dari Amerika Serikat, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, dan Hong Kong.
Dalam webinar lain, kemarin, Bahlil memastikan lembaganya terus mengejar investasi baru untuk menambah lapangan pekerjaan dan mendongkrak daya beli masyarakat. Walau dihadang pandemi Covid-19, BKPM berhasil merealisasi investasi sebesar Rp 826,3 triliun pada 2020; melebihi target Rp 817,2 triliun. Sebanyak 50,5 persen dari proyek investasi itu, atau sekitar 54 ribu pekerjaan senilai Rp 417 triliun, berada di luar Pulau Jawa.
"Ini pertama kali dalam lima tahun penanaman modal dalam negeri lebih tinggi dibanding penanaman modal asing,” ujarnya. Tahun ini, target realisasi investasi yang harus dikejar BKPM naik lagi menjadi Rp 858 triliun.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengklaim ikut mempersiapkan provinsinya agar dapat menyambut kegiatan relokasi pabrik sejumlah perusahaan asal Taiwan. Ridwan mengatakan terdapat 70 ribu perusahaan asal negara tersebut yang berniat pindah ke Asia Tenggara. "Nah, saya harus menangkap itu,” ujarnya.
Pemerintah Jawa Barat kini mengandalkan megaproyek metropolitan "Rebana" yang terdiri atas 13 kota mandiri sebagai basis industri baru. Proyek Rebana singkatan dari Cirebon, Patimban, dan Kertajati ditargetkan menghasilkan 4,3 juta pekerjaan dalam 20 tahun ke depan.
CAESAR AKBAR | FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Copyright © 2016 All rights Reserved | Template by Tim Pengelola Website Kemenperin