BERITA INDUSTRI

Defisit Perdagangan dengan Tiongkok Turun 69%


Kamis, 28 Januari 2021

Sumber: Investor Daily (28/01/2020)

JAKARTA - Defisit perdagangan Indonesia dengan Tiongkok turun 69% menjadi US$ 3,6 miliar tahun lalu, dibandingkan 2019 sebesar US$ 11,7 miliar. Hal itu dipicu kenaikan ekspor yang signifikan ke Negeri Tirai Bambu.

Berdasarkan data Kepabeanan Tiongkok menyebutkan, total nilai perdagangan Indonesia dan Tiongkok pada 2020 mencapai US$ 78,5 miliar. Ekspor Indonesia ke Tiongkok mencapai US$ 37,4 miliar, tumbuh 10,1% dibandingkan 2019.

Sementara itu, nilai impor Indonesia dari Tiongkok sekitar US$ 41 miliar, turun 10,13% dibandingkan total nilai impor tahun lalu. Pertumbuhan ekspor Indonesia dikontribusi oleh beberapa produk andalan seperti sarang burung walet, tekstil, serta besi dan baja.

"Nilai ekspor Indonesia pada 2020 naik signifikan. Jika pada 2019 nilai ekspor Indonesia dibandingkan negara anggota Asean berada di peringkat kelima, tahun 2020 kita naik menjadi peringkat empat," kata Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok merangkap Mongolia Djauhari Oratmangun dalam keterangan resminya, Rabu (27/1).

Djauhari mengungkapkan, beberapa produk unggulan dan potensial Indonesia dalam periode ini tercatat mengalami peningkatan nilai ekspor secara signifikan, di antaranya besi dan baja (HS 72) meningkat 134,3%; sarang burung walet (HS 0410) meningkat 88,05%; kertas dan produk kertas (HS 48) naik 133,25%; kopi, teh, mate dan rempah-rempah (HS 09) tumbuh 175,34%; alas kaki (HS 64) meningkat 19,75%; minyak atsiri, preparat wewangian, kosmetika (HS 33) meningkat 15,62%; produk keramik (HS 69) meningkat 53,8%; timah dan produk turunannya (HS 80) naik 544,07%; serta aluminium dan produk turunannya (HS 76) meningkat 2.031,53%.

"Pada 2021, kita masih harus berjuang dan bekerja sama untuk terus meningkatkan ekspor produk bernilai tambah ke Tiongkok agar prestasi dan kinerja bisa ditingkatkan," ujar Djauhari.

Tiongkok, lanjut Djauhari, juga menempati urutan kedua investor asing di Indonesia dengan realisasi investasi mencapai US$ 4,8 miliar pada 2020, naik dari tahun sebelumnya US$ 4,7 miliar. Angka tersebut tidak termasuk realisasi investasi Hong Kong yang kembali menempati peringkat ketiga untuk penanaman modal asing (PMA) terbesar di Indonesia di tahun 2020 dengan nilai US$ 3,5 miliar, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar US$ 2,9 miliar.

"Nilai tersebut konsisten dengan realisasi investasi Tiongkok di Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya sejak 2016. Beberapa investor besar Tiongkok juga telah menyatakan komitmen investasi di bidang energi baru yang sekiranya telah terealisasi akan berperan penting dalam kontribusi Indonesia terhadap industri pembangunan mobil listrik global," pungkas Djauhari.

Ekspor Industri

Di sisi lain, ekspor produk industri menyentuh US$ 131 miliar selama 2020 atau naik 2,95% dari 2019. Kinerja positif ini membuat neraca perdagangan sektor manufaktur sepanjang 2020 surplus US$ 14,17 miliar.

Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) R. Janu Suryanto mengatakan, pihaknya memberikan apresiasi kepada para pelaku industri di tanah air yang masih agresif menembus pasar ekspor di tengah tekanan kondisi pandemi Covid-19. Sektor industri pengolahan masih memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional, terutama melalui capaian nilai ekspornya. "Dengan nilai US$ 131 miliar tersebut, sektor industri menyumbangkan 80,3% ekspor nasional sebesar US$ 163,3 miliar pada 2020," ungkap Janu.

Sementara itu, dia menuturkan, ekspor industri pengolahan pada Desember 2020 mencapai US$ 12,92 miliar atau naik 6,79% dibandingkan November sebesar US$ 12,09 miliar. Hasil itu membuat neraca perdagangan industri pengolahan pada Desember 2020 mencatatkan surplus US$ 1,07 miliar. "Apabila dibandingkan Desember 2019, ekspor industri pengolahan pada Desember 2020 naik 19,14%," kata Janu.

 

Share:

Twitter