Sumber: Koran Tempo (27/01/2020)
JAKARTA - Setelah mencatat pertumbuhan tujuh persen sepanjang 2019, Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri kosmetik di atas sembilan persen tahun ini! Pertumbuhan tersebut bertumpu pada perluasan ragam jenis kosmetik serta personal care. "Produk halal mempunyai per an meningkatkan pasar dalam negeri dan ekspor," ujar Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin Muhammad Khayam kepada Tempo, kemarin.
Peluang ekspor ke pasar Asia Tenggara, menurut Khayam, dipicu oleh faktor kesamaan iklim, sosial-budaya, dan daya beli."Ada kesamaan preferensi pada jenis kosmetik yang dipasarkan di Indonesia,'' tutur Khayam. Itu sebabnya, ekspor produk kosmetik nasional tahun lalu mencapai US$ 600 jula. Angka tersebut, kata dia, lebih tinggi dibanding capaian 2018 sebesar US$ 556,36 juta.
Tren memadukan jamu dengan kecantikan ikut menggerakkan pasar kosmetik dan personal care. Selain itu,banyaknya merek yang bersaing dengan produk lokal meningkatkan penjualan industri dalam negeri.
Untuk mendorong industri ini, pemerintah mendorong agar kemampuan penyediaan bahan baku terus meningkat. "Melimpahnya sumber aneka hayati menjadi modal untuk meningkatkan nilai tambah nasional," ujar Khayam. Apalagi sumber hayati kosmetik Indonesia menempati nomor unit kedua di dunia set el ah Brasil.
Dengan bahan baku yang melimpah, Chief Executive Officer (CEO) Social Bella John Marco Rasjid optimistis industri produk kecantikan berpotensi tumbuh, Mengutip Euromonitor, John mengatakan. pasar kecantikan dan perawatun diri di Indonesia diperkirakan mencapai US$ 6.03 miliar pada 2019. Angka tersebut, kata dia, akan tumbuh menjadi USS 8,46 miliar pada 2022.
Rata-rata, total belanja masyarakat Indonesia untuk kebutuhan kosmetik dan perawatan diri masih US$ 20 per kapita. Angka tersebut lebih kecil ketimbang Thailand (US$ 56 per kapita) dan Malaysia (USS 75 per kapita)."Dari angka itu, masih banyak ruang bagi industri kecantikan untuk tumbuh," ujar John.
John mengatakan setidaknya ada tiga hal fundamental yang akan mendorong pertumbuhan industri kecantikan. Peilama, Indonesia memiliki populasi penduduk usia muda yang sangat besar. John mencatat, usia rata-rata masyarakat Indonesia saat ini adalah 28 tahun. Kedua, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup baik dapat menopang industri. Ketiga, media sosial turut berkontribusi besar.
Co-founder kosmetik lokal Rollover Reaction, Dinar Amanda, juga optimistis proriuk dalam negeri akan semakin diminati. Hal ini, kata dia. bersamaan dengan tingginya permintaan konsumen untuk inovasi produk dalam negeri dan bagaimana prodiukini bisa bersaing di pasar lokal dan global."Konsumen kosmetik sekarang cenderung memuih dan bangga memakai produk lokal dibanding produk impor," tutur Dinar.
Itu sebabnya, Dinar. mengatakan, tahun ini Rollover Reaction akan banyak meluncurkan produk baru yang sesuai dengan permintaan konsumen. Meskipun persaingan ketat, perusahaannya tetap berfokus pada pengembangan produk dan terus melakukan ekspansi. Rollover Reaction menyasar perempuan usia produktif sebagai pangsa pasar utarna.
Menurut dia, kemajuan teknologi, media soaial, dan platform digital akan membuat produk kosmetik semakin beragam dan memiliki akses terjangkau bagi konsumen dalam negeri.
Hingga tahun lalu, pernerintah mencatat ada 797 industri kosmetik besar dan industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia. Angka ini naik dari 760 perusahaan pada tahun sebelumnya. Dari 797 industri kosmetik nasional. terdapat 294 industri terdaftar di Baclan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Copyright © 2016 All rights Reserved | Template by Tim Pengelola Website Kemenperin