BERITA INDUSTRI

Tekan Impor Mulai dari Pengembangan Industri Petrokimia


Jumat, 20 Desember 2019

Sumber: Kontan Harian (20/12/2019)


Untuk mendorong pertumbuhan devisa, Indonesia memiliki sejumlah potensi yang dapat dikembangkan. Meskipun terkadang terluput dari pandangan mata, industri petrokimia adalah salah satu sektor yang cukup potensial. Bagaimana tidak, industri petrokimia merupakan salah satu industri hulu. Industri petrokimia menyediakan beragam bahan baku untuk berbagai industri hilir atau industri manufaktur. Sebutlah di antaranya, industri produk plastik, elektronik, otomotif, pipa, kabel listrik, wadah kosmetik, hingga kemasan makanan kedap udara.


Sayangnya, selama hampir dua dekade belakangan, investasi dalam industri petrokimia belum signifikan untuk menjawab kebutuhan industri. Hal ini membuat nilai impor bahan baku petrokimia yang cukup tinggi. Data dari Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, danPlastiklndonesia (Inaplas) menunjukkan impor produk petrokimia yang cukup tinggi. Sebagai gambaran, produk petrokimia hulu seperti polipropilena (PP), polivinil klorida (PVC), polietilena (PE), dan polistirena (PS) hampir mencapai 6 juta ton. Namun, industri dalam negeri hanya


mampu memenuhi sekitar 30% dari permintaan domestik. Selebihnya, kebutuhan produk petrokimia hulu mengandalkan impor. Di sinilah peranan pabrik petrokimia seperti PT Chandra Asri Petrochemical Tbk sangat dibutuhkan. Hingga saat ini, Chandra Asri masih menjadi salah satu perusahaan yang memproduksi produk petrokimia yang terbesar di Indonesia.


Pemerhati industri petrokimia sekaligus ekonomi senior CORE Hendri Saparini menuturkan,saat inikebutuhan polietilena peluang pasar dalam negeri masih sangat luas. Alasannya, produksi produk petrokimia seperti polietilena saat ini mayoritas masih mengandalkan impor. Untuk itu, diperlukan dorongan investasi baru dengan tetap mepjaga daya saing investasi yang telah ada sebelumnya.


“Ke depan, dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga nasional yang cukup tinggi dan stabil sekitar 5% dan juga pertumbuhan manufaktur yang sekitar 3-4%, trennya akan lebih tinggi di masa mendatang. Ini menunjukkan bahwa pasar industri hulu petrokimia sangat besar,” jelas Hendri.


Hal ini menyiratkan, kebutuhan akan produk petrokimia dalam negeri diperlukan segera. Jika terus mengandalkan impor, imbasnya harga produk olahan atau produk turunan dari petrokimia akan semakin tinggi. Indonesia pun dapat selamanya mengandalkan impor, yang akan terus menjadi beban anggaran negara. Dalam waktu sekitar 15 tahun, Chandra Asri sebenarnya telah mampu melipatgandakan kapasitas produksi. Akan tetapi, tingkat permintaan dalam negeri terus meningkat.


Menjawab kebutuhan industri


Menyadari hal tersebut, baru-baru ini Chandra Asri memperluas usahanya dengan membangun pabrik polietilena baru di Cilegon, yang diresmikan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo (Presiden Jokowi). Pabrik baru itu memproduksi polietilena dan diharapkan mampu menjawab kebutuhan industri dalam negeri. Pabrik baru berkapasitas 400.000 ton per tahun ini didirikan dengan nilai investasi sekitar 380 juta dollar AS. Dengan pendirian pabrik baru ini, kapasitas produksi polietilena Chandra Asri meningkat menjadi total 736.000 ton per tahun. Proyek lain yang sedang digarap Chandra Asri adalah rencana pengembangan kompleks pabrik petrokimia kedua dengan nilai investasi Rp 60 triliun-Rp 80 triliun yang sedianya akan dirampungkan dalam waktu empat tahun.


“Alasan kami untuk fokus pada peningkatan kapasitas antara lain untuk memenuhi permintaan domestik. Peningkatan kapasitas pabrik polietilena ini diharapkan dapat menjadi subtitusi impor dan menghemat devisa negara sebesar Rp 8 triliun,” jelas Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra.


Melalui anak perusahaannya, yaitu PT Chandra Asri Perkasa, Chandra Asri mengadaptasi teknologi terbaru. Chandra Asri Perkasa menandatangani enam perjanjian lisensi dan desain teknik dengan pemegang lisensi kelas dunia dan diproyeksikan akan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2024 di Cilegon, dengan menggunakan teknologi terbaru Lummus's SRT VII cracking heaters, yang memungkinkan pabrik Olefin untuk memiliki hasil yang lebih tinggi, kinerja pabrik yang andal, pengurangan emisi, serta biaya operasi, dan konsumsi pakan yang lebih rendah. Nantinya, total kapasitas produksi Chandra Asri dan Chandra Asri Perkasa diharapkan akan menjadi sekitar 8 juta ton per tahun.


Dalam setiap gerak langkah bisnisnya, Chandra Asri berupaya menjalankan green manufacturing di setiap pabriknya. Chandra Asri berhasil mengurangi jejak karbon hingga 0,24% di tahun 2018, dan berkomitmen untuk konsisten melakukannya dari tahun ke tahun. Tidak berhenti sampai di situ, pada 2020, Chandra Asri juga berencana menerapkan pemanfaatan energi terbarukan dengan instalasi panel surya pada pabriknya. Untuk mewujudkan program ini, Chandra Asri menggandeng Total Solar untuk menyuplai kebutuhan energi di kompleks pabrik Chandra Asri di Cilegon. Chandra Asri menargetkan pengurangan jejak karbon bisa mencapai 644 ton per tahun dengan terapan teknologi yang tepat.


Pendirian pabrik-pabrik petrokimia ini memberikan angin segar untuk perkembangan ekonomi dalam negeri. Dengan peningkatan jumlah produksi petrokimia di Indonesia, nilai volume impor produk petrokimia akan menurun. Di samping itu, industri petrokimia adalah sektor yang padat karya yang menyerap tenaga kerja cukup tinggi. Sebagai gambaran, satu pendirian pabrik petrokimia baru dapat menyerap sekitar lebih dari 25.000 tenaga kerja, termasuk tenaga kerja ahli. Efek berkesinambungan yang positif ini tentunya akan mendorong perekonomian di Indonesia.


Pengembangan industri petrokimia merupakan suatu awal dari peijalanan panjang. Meskipun demikian, pendirian pabrik baru Chandra Asri di Cilegon merupakan salah satu tonggak kokoh untuk pengembangan industri petrokimia yang memunculkan harapan cerah bagi industri-industri dalam negeri lainnya. Ke depannya, Indonesia tak perlu lagi bergantung pada produk-produk petrokimia impor. Bahkan, tidak ditampik bila suatu saat nanti Indonesia tidak lagi menjadi pasar, tetapi produsen produk petrokimia yang diakui dunia.



Share:

Twitter