Sumber: Bisnis Indonesia (27/03/2019)
Bisnis, JAKARTA — Sepanjang tahun lalu konsumsi pupuk di dalam negeri tercatat meningkat terutama untuk jenis urea dan NPK. Adapun konsumsi pupuk sepanjang tahun ini diperkirakan tidak jauh beda jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Berdasarkan data Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), sepanjang 2018 konsumsi urea tumbuh 5% dari 5,97 juta ton pada 2017 menjadi 6,27 juta ton, sedangkan konsumsi NPK naik 7,88% dari 2,60 juta ton menjadi 2,80 juta ton. Kenaikan juga terlihat pada konsumsi pupuk jenis fosfat, ZA, dan pupuk organik.
Wijaya Laksana, Head of Corporate Communication PT Pupuk Indonesia (Persero), memperkirakan konsumsi sepanjang tahun ini tidak akan banyak berubah dari realisasi 2018 karena alokasi pupuk subsidi pemerintah.
Dalam Peraturan Menteri Per-tanian Nomor 47 Tahun 2018 tertuang bahwa jumlah alokasi pupuk subsidi pada tahun ini sebesar 8,87 juta ton dengan rincian urea sebanyak 3,82 juta ton, SP-36 sebesar 779.000 ton, ZA sebesar 996.000 ton, NPK sebesar 2,326 juta ton, dan organik sebesar 948.000 ton.
Alokasi pupuk subsidi pada tahun lalu tercatat sebesar 9,55 juta ton. “Proyeksi konsumsi pupuk dalam negeri tahun ini tidak banyak berubah dari tahun lalu karena subsidi juga tidak berubah signi? kan,” ujarnya Selasa (26/3).
Terkait dengan permintaan global, sepanjang 2018 ekspor pupuk dari Indonesia tercatat naik 48,88% year-on-year dari 766.864 ton menjadi 1,141 juta ton. Wijaya menilai kenaikan ini salah satunya didorong oleh beberapa pabrik pupuk di luar negeri sedang mengalami perbaikan, seperti di China, sehingga permintaan ke Indonesia bertambah. “Untuk tahun ini, Pupuk Indonesia belum bisa memperkirakan kondisi ekspor karena kami hanya boleh ekspor kalau dalam negeri sudah terpenuhi,” katanya.
DISTRIBUSI
Wijaya menyatakan kenaikan konsumsi pada tahun lalu di antaranya dipengaruhi oleh faktor distribusi pupuk yang lebih baik sehingga benar-benar diterima oleh para petani serta didukung kondisi cuaca yang mendukung masa tanam lebih sering.
“Kementerian Pertanian juga ada program penambahan lahan.” Pupuk urea masih mendominasi penggunaan pupuk dalam negeri dibandingkan jenis yang lainnya. Namun, pertumbuhan konsumsi NPK pada tahun lalu tercatat lebih tinggi dibandingkan konsumsi urea. Wijaya menuturkan kesadaran petani untuk menggunakan pupuk dengan kandungan yang lebih lengkap semakin tinggi.
Selama ini, petani di daerah banyak menggunakan urea yang merupakan pupuk tunggal atau hanya mengandung nitrogen.
Adapun NPK merupakan pupuk majemuk dengan kandungan beberapa unsur hara, yaitu nitrogen, fosfor, dan kalium. “Ke depan kesadaran petani menggunakan pupuk ke sana [NPK],” katanya.
Konsumsi urea didorong oleh peningkatan penggunaan untuk sektor perkebunan milik negara yang naik 53,94% yoy dari 1,016 juta ton menjadi 1,564 juta ton.
Menurut Wijaya, kenaikan ini disebabkan oleh adanya kerja sama pengadaan dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN). “Mereka ambil barangnya dari kami.” Pupuk Indonesia berencana untuk menambah komposisi pupuk NPK dengan membangun lima pabrik pupuk NPK baru berkapasitas 2,4 juta ton senilai Rp5 triliun—Rp6 triliun.
Direktur Keuangan Pupuk Indonesia Indarto Pamoengkas mengatakan pe rtumbuhan tersebut disebabkan oleh utilisasi mesin baru yang terpasang di pabrik perseroan di Gresik.
Perseroan membutuhkan dana sekitar Rp3 triliun untuk pembangunan pabrik tersebut yang akan didapat dari modal dan pinjaman perbankan. “Kami akan bangun pabrik pupuk NPK itu di PT Pupuk Iskandar Muda [PIM], kapasi-tasnya 500.000 ton per tahun.
Di Pusri [PT Pupuk Sriwidjaya Palembang] 300.000 ton. Mulai berproduksi dia pertengahan tahun depan,” ujarnya, Selasa
(26/3).
Selain ekspansi pabrik pupuk, Indarto mengatakan perseroan juga akan melakukan ekspansi pabrik bahan baku pupuk, yakni asam fosfat. Menurutnya, ekspansi tersebut penting mengingat kebutuhan asam fosfat akan bertambah seiring beroperasinya lima pabrik pupuk NPK nantinya.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian menargetkan ekspor pupuk pada 2019 meningkat seiring tercukupinya kebutuhan pupuk dalam negeri.
Achmad Sigit, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin, mengatakan stok pupuk sudah aman untuk tahun ini. Jumlah pupuk urea juga lebih banyak, sehingga ekspor masih bisa digenjot.
(Andi M Arief)
Copyright © 2016 All rights Reserved | Template by Tim Pengelola Website Kemenperin